PSIKOLOGI
MASAREMAJA
DAN
DINAMIKA PSIKOLOGI MASA REMAJA
Dosen pengampu : Setyo
Mahanani Nugroho, S.SiT.M.Kes
NAMA :
OKNI TEISTARARA
NIM :
15140013
KELAS :
B12.1
PRODI
: DIV BIDAN PENDIDIK
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN
AJARAN 2015/201
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Psikologi Masa Remaja dan Dinamika
Masa Remaja” , untuk memenuhi tugas PSIKOLOGI.
Dalam penulisan makalah
ini penulis dibimbing oleh dosen pengampu, yang dengan inisiatif memberi
dorongan dan petunjuk, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
juga penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga lancarnya penulisan makalah ini.
Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, sehingga pembaca dapat mengetahui
lebih dalam tentang Psikologi Masa Remaja dan Dinamika Masa Remaja.
Yogyakarta, Maret
2016
PENULIS
Perkembangan
psikologi anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari
sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang
sedemikian rupa perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya. Aspek-aspek perkembangan individu meliputi psikologi
fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama. Perkembangan fisik
meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual
(kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara
berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya.
Masa remaja
merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan
merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa
yang sehat.
1.
Apa pengertian Masa Remaja?
2. Apa saja periode perkembangan
ramaja?
3. Aspek-aspek apa saja yang
mempengaruhi psikologis perkembangan remaja?
4. Apa ciri –ciri kejiwaan dan
psikologi pada remaja?
5. Apa dinamika psikologi masa
remaja?
6. Apa saja dimensi-dimensi
perkembangan remaja?
7. Apa saja psikologi yang
terjadi pada masa remaja?
8. Apa saja faktor-faktor
penyimpangan remaja?
9. Apa saja ciri kematangan
remaja?
10. Apa saja peran orangtua?
1. Dapat mengetahui pengertian
masa remaja.
2. Dapat mengetahui periode
perkembangan remaja.
3. Dapat mengetahui aspek-aspek
psikologis perkembangan remaja.
4. Mengetahui ciri –ciri
kejiwaan dan psikologi pada remaja.
5. Dapat mengetahui dinamika
psikologi remaja.
6. Dapat mengetahui
dimensi-dimensi perkembangan remaja.
7. Dapat mengetahui psikologi masa remaja.
8. Dapat mengetahui
faktor-faktor penyimpangan remaja.
9. Dapat mengetahui ciri
kematangan remaja.
10. Mengetahui apa saja peran
orangtua.
Masa remaja
atau yang sering dikenal dengan istilah “Adolesense” yang berarti “tumbuh” atau
tumbuh menjadi dewasa. Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana
individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi
merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada ditingkat
yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Remaja
didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Seifert dan Hoffnung, periode ini
umumnya dimulai sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa pertumbuhan fisik,
yaitu sekitar usia 20 tahun usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21
tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria .
Ada dua
pandangan teoritis tentang remaja. Menurut pandangan teoritis pertama yang
dicetuskan oleh psikolog G. Stanley Hall “adolescence is a time of storm and
stress”. Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan
jiwa”, yaitu masa di mana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan
emosional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik)
pada yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya (Seifert
& Hoffnung, Dalam hal ini, Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa
perkembangan di masa remaja penuh dengan konflik. Menurut pandangan teoritis
kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti yang
digambarkan oleh pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu beradaptasi
dengan baik terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu
beradaptasi dengan baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua
dan masyarakatnya.
Bila dikaji,
kedua pandangan tersebut ada benarnya, namun sangat sedikit remaja yang
mengalami kondisi yang benar-benar ekstrim seperti kedua pandangan tersebut
(selalu penuh konflik atau selalu dapat beradaptasi dengan baik). Kebanyakan
remaja mengalami kedua situasi tersebut (penuh konflik atau dapat beradaptasi
dengan mulus) secara bergantian (fluktuatif).
Remaja
adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun, yang akan mengalami periode
perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
Masa ini disebut
juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak
perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa
ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon
seksualitas dan mulai berkembangnya organ- organ seksual serta organ-organ
reproduksi remaja.
Pada fase Remaja,
terjadi perkembangan intelektual yang sangat pesat, sehingga seringkali
remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu
segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan
terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta
menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan
diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model
rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada
masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya,
lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya
sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai
pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka
lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya.
Tapi, pada saat yang sama,
mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang
tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah
saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk
mengatasi
konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya
dari orang lain.
Masa
ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu
menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga
bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini,
emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon
seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada
masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama,
sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama.
Di
samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik
seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh
perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka
bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu
ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung
dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan
pikirannya sendiri.
Pada
masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat
menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga
karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung
sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada
remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai
dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah
tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
Pada
periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi
fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang
abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran
mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada
menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti
cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta
sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
Semua individu
khususnya remaja akan mengalami perkembangan baik fisik maupun psikis yang
meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
Dalam
perkembangan remaja, perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik. Tubuh
berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai
dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Dalam perkembangan seksualitas
remaja, ditandai dengan ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder.
1.
Hormon – Hormon Seksual
Dalam perkembangan hormon – hormon
seksual remaja, ditandai dengan ciri-ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan
sekunder.
a)
Ciri-Ciri Seks Primer
Pada masa remaja primer ditandai
dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis yaitu pada tahun pertama dan kedua.
Kemudian tumbuh secara lebih lambat, dan mencpai ukuran matangnya pada usia 20
tahun. Lalu penis luai bertambah panjang, pembuluh mani dan kelenjar prostate
semakin membesar. Matangnya organ-organ seks tersebut memungkinkan remaja pria
(sekitar 14-15 tahun) mengalami “mimpi basah”. Pada remaja wanita, kematangan
orga-organ seksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim vagina dan ovarium secara
cepat pada masa sekitar 11-15 tahun untuk pertama kalinya mengalami “menarche”
(menstruasi pertama). Menstruasi awal sering disetai dengan sakit kepala, sakit
punggung dan kadang-kadang kejang serta merasa lelah, depresi dan mudah
tersinggung.
b)
Ciri-Ciri Seks Sekunder
Pada remaja
ditandai dengan tumbuhnya rambut pubik/bulu kopak disekitar kemaluan dan ketiak,
terjadi prubahan suara, tumbuh kumis dan tumbuh gondok laki / jakun.
Sedangakan pada wanita ditandai dengan tumbuh rambut pubik/ bulu kapok
disekitar kemaluan dan ketiak, bertambah besar buah dada danbertambah besarnya
pinggul.
2.
Pubertas
a) Perubahan
eksternal
b) Perubahan internal
• Sistem Pencernaan
Perut menjadi lebih panjang dan
tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah besar, hati bertambah berat
dan kerongkongan bertambah panjang.
•
Sistem Peredaran Darah
Jantung
tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia 17-18 tahun beratnya 12 kali berat pada waktu
lahir.
•
Sistem Pernapasan
Kapasitas paru-paru remaja perempuan
hamper matang pada usia 17 tahun, remaja laki-laki mencapai tingkat
kematnagn beberapa tahun kemudian .
•
Jaringan Tubuh
Perkemngan kerangka berhenti
rata-rata pada usia 18 tahun Jaringan. Selain tulang terusberkembang sampai
tulang mencapai umuran matang, khususnya bagi perkembangan jaringan otot.
1. Aspek Intektual
Perkembangan
intelektual (kognitif) pada remaja bermula pada umur 11 atau 12 tahun. Remaja
tidak lagi terikat pada realitas fisik yang konkrit, remaja mulai mampu
berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak dari realitas.
2. Aspek
Sosial
Perkembangan
sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial atau proses
belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi.
Berikut ini ciri-ciri penyesuaian
sosial remaja, diantaranya :
a)
Di lingkungan keluarga
• Menjalin hubungan yang baik dengan orang tua
dan saudaranya
• Menerima otoritas orang tua (menaati peraturan
orang tua)
• Menerima
tanggung jawab dan batasan (norma) keluarga
•
Berusaha membantu anggaran kalau sebagai
individu atau
kelompok
b)
Di lingkungan sekolah
• Bersikap respek dan mentaati peraturan
• Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
sekolah
• Menjalin persahabatan dengan teman sebaya
• Hormat kepada guru, pemimpin sekolah atau
staf lain
• Berprestasi di sekolah
c)
Di lingkungan masyarakat
• Respek terhadap hak-hak orang lain
• Menjalin dan memelihara hubungan dengan
teman sebaya atau orang lain
• Bersikap
simpati dan menghormati terhadap kesejahteraan orang lain
• Respek terhadap hukum, tradisi dan
kebijakan-kebijakan
masyarakat
3.
Aspek Emosi (Afektif)
Perkembangan
aspek emosi berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan
remaja tengah (15-16 tahun) pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme
dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi
perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah rasa
senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan
kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini
berakhir pada masa remaja akhir (18– 21 tahun). Pada masa remaja tengah anak
terombang-ambing dalam sikap mendua (ambivalensi) maka pada masa remaja akhir
anak telah memiliki pendirian, sikap yang relatif mapan. Mencapai kematangan
emosial merupakan tugas yang sulit bagi remaja.
Proses
pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya,
terutama lingkungan-lingkungan keluarga dan teman sebaya.
4.
Aspek Bahasa
Perkembangan
bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi baik alat
komunikasi lisan, tulisan, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Bahasa
remaja adalah bahasa yang telah berkembang, baik di lingkungan keluarga,
masyarakat dan khususnya lingkungan teman sebaya sedikit banyak lebih membentuk
pola perkembangan bahasa remaja. Pola bahasa remaja lebih diwarnai pola bahasa
pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya.
5.
Aspek Moral
Perkembangan
moral pada remaja menurut teori Kohlberg menempati tingkat III: pasca
konvensional stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara
remaja dengan lingkungan sosial. Ada hubungan timbal balik antara dirinya
dengan lingkungan sosial dan masyarakat. Pada tahap ini remaja lebih mengenal
tentang nilai-nilai moral, kejujuran, keadilan kesopanan dan kedisiplinan.
6.
Aspek Agama
Pemahaman
remaja dalam beragama sudah semakin matang, kemampuan berfikir abstrak
memungkinkan remaja untuk dapat mentransformasikan keyakinan beragama serta
mengapresiasikan kualitas keabstrakan Tuhan
1. Usia remaja muda (11–15 tahun)
a) Sikap
protes terhadap orang tua
b)
Preokupasi dengan badan sendiri
c) Kesetiakawanan dengan
kelompok seusia
d)
Kemampuan untuk berfikir secara
abstrak
e)
Perilaku yang labil dan berubah–ubah
2. Remaja usia penuh
(16–19 tahun)
a) Kebebasan dari orang tua
b) Ikatan
terhadap pekerjaan dan tugas
c) Pengembangan nilai moral dan etis yang
mantap
d) Pengembangan
hubungan pribadi yang labil
e) Penghargaan kembali pada orang tua
dalam kedudukan yang sejajar
f) Perubahan fisik, psikologi dan seksual pada remaja
Perubahan psikologis
1.
Perubahan emosi : sensitive (mudah menangis, tertawa,
cemas dan frustasi),
mudah mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar,
agresif sehingga mudah berkelahi.
2.
Perkembangan intelegensia : mampu
berpikir abstrak dan senang memberi kritik,
ingin mengetahui hal-hal baru sehinga muncul perilaku
ingin mencoba hal yang baru.
3. Perubahan seksual remaja
Sejak masa
remaja, pada diri seorang anak terlihat adanya perubahan-perubahan pada bentuk
tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan fungsi. Pematangan kelenjar
pituitary berpengaruh pada proses pertumbuhan tubuh sehingga remaja mendapatkan
ciri-cirinya sebagai perempuan dewasa atau laki-laki dewasa. Masa remaja
diawali oleh masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik dan
fungsi fisiologis. Kematangan seksual remaja ini menyebabkan munculnya minat
seksual dan keingintahuan remaja tentang seksual.
Pertumbuhan dan perkembangan remaja tidak
lepas dari pengaruh bawaan yang berkaitan dengan sifat-sifat atau karakteristik
genetika yang diturunkan oleh orang tua, serta pengaruh lingkungan yang
berkaitan dengan keluarga, sekolah, teman bermain, atau lingkungan masyarakat
umum.
Pemahaman tentang dinamika perkembangan
remaja amat diperlukan bagi orang tua maupun pendidik yang banyak berhubungan
dengan mereka. Betapa tidak, usia remaja di era global ini banyak sekali
memunculkan ekses-ekses dalam masyarakat. Kasus-kasus pelecehan seksual,
perkosaan, aborsi, tawuran, narkoba, maupun kriminalitas yang melibatkan remaja
menjadi berita yang marak di media-media masyarakat.
Adapun dimensi-dimensi perkembangan remaja
yang perlu dioptimalkan adalah: 1. Dimensi fisiologis yang berkaitan dengan struktur
organ-organ biologis dalam
Tubuh
2.Dimensi
psikologis yang berkaitan dengan kondisi mental, sifat-sifat maupun kepribadian
yang termanifestasi dalam perilaku
3. Dimensi sosiologis yang berkaitan dengan
relasi dan kerjasama antar manusia
4. Dimensi moral-spiritual yang berkaitan
dengan nilai-nilai hidup yang menjadi keyakinan dan tuntunan untuk berperilaku.
Menurut Kartono (2003), bentuk-bentuk perilaku
penyimpangan remaja dibagi
menjadi empat, yaitu :
a. penyimpangan terisolir (Delinkuensi terisolir)
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya
mereka tidak menderita kerusakan psikologis.
b. penyimpangan neurotik (Delinkuensi neurotik)
Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup
serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah
dan berdosa dan lain sebagainya.
c. penyimpangan psikotik (Delinkuensi psikopatik)
Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari
kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum criminal yang paling
berbahaya.
d. penyimpangan defek moral (Delinkuensi defek moral)
Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera,
cacat, kurang.
Faktor-faktor penyimpangan remaja menurut Santrock,
lebih rinci
dijelaskan sebagai berikut :
a. Identitas
Menurut
teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (Santrock, 1996)
masa remaja ada pada tahap di mana krisis identitas
versus difusi identitas harus di atasi.
b.
Kontrol diri
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai
kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah
laku.
c. Usia
Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini
berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian
tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku
kenakalan.
d.
Jenis kelamin
Remaja laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku
anti sosial daripada perempuan.
e. Harapan
terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah
Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali
memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa
bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya
nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Mereka tidak mempunyai
motivasi untuk sekolah.
f. Proses
keluarga
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya
kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian
orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif,
kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan
remaja.
g.
Pengaruh teman sebaya
Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan
meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal.
h.
Kelas sosial ekonomi
Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak
berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah
remaja nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang
memiliki banyak privilege diperkirakan 50 : 1 (Kartono, 2003). Hal
i. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal
Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan
kenakalan remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan
remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan
memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat
seperti ini sering ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan
tersisih dari kaum kelas menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan
aktivitas lingkungan yang terorganisir adalah faktor- factor lain dalam masyarakat
yang juga berhubungan dengan kenakalan remaja.
Berikut ini contoh-contoh penyimpangan yang dilakukan
oleh para remaja :
1) Berbohong
2) Pergi keluar rumah tanpa pamit
3) Keluyuran
4) Begadang
5) membolos sekolah
6) Berkelahi dengan teman
7) Hubungan sex diluar nikah
Gunarsa
(1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai
permasalahan pada diri remaja, yaitu:
1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2.
Ketidakstabilan emosi.
3.
Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan
petunjuk hidup.
4.
Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5.
Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal
penyebab pertentangan- pertentangan
dengan orang tua.
6.
Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja
tidak sanggup memenuhi semuanya.
7.
Senang bereksperimentasi.
8.
Senang bereksplorasi.
9.
Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan. 10. Kecendrungan membentuk kelompok dan
kecenderungan kegiatan berkelompok.
umumnya kematangan
dan kedewasaan dikaitkan dengan : 1.
Penerimaan tanggungjawab secara
personal dari tugas-tugas keluarga, sekolah maupun masyarakat
1. Signifikansi
kelompok teman sebaya, seperti terjalinnya suatu persahabatan atau
intimasi pertemanan
yang loyal, bersifat pribadi dan bebas
2.
Peningkatan
otonomi dan jarak emosi dengan orang tua, berupa perubahan mendasar dalam pola
interaksi yang seringkali menjadi akar konflik antara remaja dan orang tua,
seperti kebutuhan finansial yang meningkat untuk keperluan penampilan dan
perkembangan teknologi, keterlibatan remaja dalam konteks sosial seperti relasi
dengan kelompok teman sebaya dengan mengikuti club-club olahraga, seni atau
sosial-keagamaan sehingga membuka wawasan baru tentang diri dan lingkungan,
serta perubahan fungsi keluarga dan relasi antar saudara yang berkaitan dengan
harapan remaja terhadap orang tua dan saudara untuk diterima, dipahami,
didukung serta dilindungi secara wajar dalam menerima pengalaman hidup.
Tugas-tugas yang dilakukan oleh orang tua yang cukup baik, secara garis
besar adalah:
1. memenuhi kebutuhan fisik yang paling
pokok; sandang, pangan dan kesehatan
2. memberikan ikatan dan hubungan emosional, hubungan yang
erat ini merupakan bagian penting dari perkembangan fisik dan emosional yang sehat
dari seorang anak.
3. Memberikan sutu landasan yang kokoh, ini berarti memberikan
suasana rumah dan kehidupan keluarga yang stabil.
4. Membimbing
dan mengendalikan perilaku.
5. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal, hal ini
diperlukan untuk membantu
anak anda matang dan akhirnya mampu menjadi seorang
dewasa yang mandiri. Sebagian besar orang tua tanpa sadar telah memberikan
pengalaman- pengalaman itu secara alami.
6. Mengajarkan cara berkomunikasi, orang tua yang baik
mengajarkan anak untuk mampu menuangkan pikiran kedalam kata-kata dan memberi
nama pada setiap gagasan, mengutarakan gagasan-gagasan yang rumit dan
berbicara tentang hal-hal yang terkadang sulit untuk dibicarakan seperti ketakutan
dan amarah.
7. Membantu anak anda menjadi bagian dari keluarga.
8. Memberi
teladan.
Masa remaja
merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa kanak-kanak
sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat
berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya)
lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua. Tahap perkembangan psikologi
remaja dimulai dari fase psikologi praremaja, remaja awal, dan remaja akhir.
Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja antara lain, perubahan
fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu
meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial, remaja berfikir
secara logis dan transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan
individu dengan manusia lain. Sementara itu, ciri khas remaja adalah hubungan
dengan teman sebaya lebih erat, hubungan dengan orang tua penuh konflik,
keingintahuan seks yang tinggi, dan mudah stres.
Perubahan-perubahan
yang terjadi pada masa remaja menimbulkan berbagai konflik batin maupun psikis.
Orang tua harus benar-benar memahami konsekuensi perubahan pada remaja.
Sementara itu, bidan dapat dijadikan tempat konseling untuk remaja sebagaimana
peran bidan. sebagai seorang bidan hendaknya mampu untuk senantiasa memberikan
bimbingan atau konseling yang baik atau yang tidak memojokkan remaja tersebut
dalam masalah yang dihadapinya. Demikian makalah mengenai perkembangan remaja.
Mohon maaf,apabila makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,kritik dan
saran yang membangun sangat kami butuhkan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://uinkediri.blogspot.co.id/2014/12/contoh-makalah-perkembangan-psikologi.html
http://lilisholihah.blogspot.co.id/2008/03/dinamika-perkembangan-remaja.html
dhajambie.blogspot.co.id/p/psikologi-perkembangan-remaja.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar