Kamis, 02 Juni 2016

Aspek Sosial Budaya Jawa tentang Kehamilan, Nifas, dan Bbl



                       Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan bbl
  1.  ketika Hamil, Melahirkan, Nifas dan Bayi Baru Lahir di Lingkungan Masyarakat Oleh : Wahyu Ningtyas
  2. Aspek Sosial Budaya ketika Hamil di Lingkungan Masyarakat Upacara Telonan Upacara Tingkeban Pantangan Ibu Hamil
  3. Upacara Telonan Upacara telonan yaitu upacara yang diselenggarakan pada waktu usia kandungan berumur 3 lapan (3 x 30 hari = 105 hari). Tradisi ini biasanya dilakukan secara sederhana. Hidangannya biasanya di bawa ke musholla atau masjid untuk selamatan dan makanan yang dibawa biasanya kue pasar atau nasi tumpeng.
  4. Upacara Tingkeban Upacara ini disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang arti nya tujuh. Upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kali. Upacara ini bermakna bahwa pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semenjak benih tertanam di dalam rahim ibu. Hidangan yang diberikan untuk tamu yaitu : a. Sayuran b. Kue c. Rujak
  5. Pantangan Ibu Hamil  Ibu hamil dilarang tidur siang karena takutü bayinya besar dan akan sulit melahirkan.  Ibu hamil dilarang keluar waktuü maghrib dikhawatirkan kalau diganggu mahluk halus atau roh jahat.  Ibu hamil dilarang menjalin rambut karena bisaü menyebabkan lilitan tali pusat.  Ibu hamil dilarang duduk di depan pintu,ü dikhawatirkan akan susah melahirkan.
  6. Pantangan Ibu Hamil  Ibu hamil dilarang makan terong, karena bayinyaØ terlalu banyak lemak.  Ibu hamil dilarang terlalu banyak minum es karenaØ bayinya akan terlalu besar sehingga sukar dalam melahirkan.  Ibu hamil dilarang terlalu banyak makan daunØ kemangi ka-rena mengakibatkan keguguran.  Ibu hamil dilarang makan – makanan yang bergetahØ karena anaknya nanti akan malas..  Ibu hamil dilarang makan kecambah karena bayinyaØ nanti lekas punya adik lagi (Jawa : kesundulan).
  7. Aspek Sosial Budaya ketika Melahirkan di Lingkungan Masyarakat Upacara Mendhem Ari-ari
  8. Upacara Mendhem Ari - ari Ari-ari atau plasenta disebut juga dengan aruman atau embing-embing atau mbingmbing. Bagi orang desa, ada kepercayaan bahwa ari-ari merupakan saudara bayi tersebut oleh karena itu ari-ari dirawat dan dijaga sebaik mungkin, misalnya di tempat penanaman ari-ari tersebut diletakkan lampu sebagai penerangan. Artinya, lampu tersebut merupakan simbol pepadhang bagi bayi. Pemagaran di sekitar tempat penanaman ari-ari dan menutup bagian atas pagar juga dilakukan agar tidak kehujanan dan binatang tidak masuk ke tempat itu.
  9. Aspek Sosial Budaya ketika Nifas di Lingkungan Masyarakat Tradisi Perawatan Tradisi yang Dilakukan Pantangan Ibu Nifas
  10. Tradisi Perawatan Ibu Nifas  Perawatan pemeliharaan kebersihan diri,ü terdiri dari: mandi wajib nifas, irigasi vagina dengan menggunakan rebusan air daun sirih, dan menapali perut sampai vagina dengan menggunakan daun sirih.  Perawatan untuk mempertahankan kesehatanü tubuh, terdiri dari: perawatan dengan pemakaian pilis, pengurutan, walikdada, dan wowongan.
  11. Tradisi Perawatan Ibu Nifas  Perawatan untuk menjaga keindahan tubuh,ü terdiri dari: perawatan dengan pemakaian parem, duduk senden, tidur dengan posisi setengah duduk, pemakaian gurita, dan minum jamu kemasan  Perawatan khusus, terdiri dari: minum kopiü dan minum air jamu wejahan
  12. Tradisi yang Dilakukan Ibu Nifas  Harus pakai sandal kemanapun ibu nifasü pergi, selama 40 hari.  Harus memakai kendit.ü  Minum jamu, agar rahim cepat kembaliü seperti semula.  Tidak boleh bicara dengan keras kerasü  Tiap pagi harus mandi keramas, biarü badannya cepat segar dan peredaran darah lancar.
  13. Tradisi yang Dilakukan Ibu Nifas  Kalau tidur atau duduk kaki harus lurus.ü Tidak boleh ditekuk /posisi miring, hal itu dapat mempengaruhi posisi tulang, dikarenakan tulang ibu nifas seperti bayi baru melahirkan/ mudah terken Varises.  Harus banyak makanan yang bergizi atauü yang mengandung sayur-sayuran.  Tidak usah memakai perhiasan, karena dapatü mengganggu aktifitas Bayi.
  14. Pantangan Ibu Nifas  Ibu menyusui dilarang makan makanan yang pedasv dan amis. karena bayinya akan mencret bila ibu makan makanan yang pedas, dan muntah karena mual bila diberi makanan yang amis.  Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin,v misalnya: ikan asin, telur asin karena bisa membuat ASI jadi asin.  Ibu menyusui tidak boleh minum es dan airv panas.karena minum panas atau dingin membuat ASI menjadi panas atau dingin. 
  15. Aspek Sosial Budaya ketika Bayi Baru Lahir di Lingkungan Masyarakat Upacara Brokohan Upacara Selapan Pantangan Bayi Baru Lahir
  16. Upacara Brokohan Tradisi masyarakat ketika hamil yaitu mengadakan upacara selamatan. Ubarampe yang dibutuhkan untuk selamatan kelahiran disebut brokohan. Pada saat ini brokohan biasanya terdiri dari : Beras, Telur, Mie instan, Gula, Teh, dan sebagainya. Namun jika dikembalikan lagi ke makna yang terkandung dalam selamatan bayi Brokohan cukup dengan 4 macam ubarampe saja yaitu: a. Kelapa b. Gula merah atau gula jawa c. Dawet d. Telor bebek
  17. Upacara Selapan Upacara selapanan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi. Pada hari ke 35 ini, hari lahir si bayi akan terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir hari Rabu Pon (hari weton-nya), maka selapanannya akan jatuh di Hari Rabu Pon lagi. Pada penanggalan Jawa, yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon, Kliwon, Legi) akan bertemu pada hari 35 dengan hari di penanggalan masehi yang berjumlah 7 hari. Logikanya, hari ke 35, maka akan bertemu angka dari kelipatan 5 dan 7. Di luar logika itu, selapanan mempunyai makna yang sangat kuat bagi kehidupan si bayi. Berulangnya hari weton bayi, pantas untuk dirayakan seperti ulang tahun. Namun selapanan utamanya dilakukan sebagai wujud syukur atas kelahiran dan kesehatan bayi.
  18. Upacara Selapan Yang dilakukan dalam rangkaian selapanan adalah 1. potong rambut atau parasan. 2. pemotongan kuku bayi Acara selapanan dilakukan dalam suasana yang sesederhana mungkin. Sore harinya, sebelum pemotongan rambut, masyarakat merayakan selapanan biasanya membuat bancaan yang dibagikan ke kerabat dan anak-anak kecil di seputaran tempat tinggalnya. Bancaan mengandung makna agar si bayi bisa membagi kebahagiaan bagi orang di sekitarnya.
  19. Pantangan Bayi Baru lahir Bayi baru lahir tidak boleh di bawa jauh keluarv rumah sebelum 40 hari,karan di takutkan terkena penyakit orang lain dan di ganggu mahluk halus. Bayi di pakaikan gurita dan Jika anak demam,pasti di bawa ke dukun untuk dalam istilahnya “ di suwok” atau di bawa ke bidan. Bayi baru lahir tidak boleh di pegang langsungv oleh orang yang baru datang dari jauh karena bisa membuat bayi jadi sawanan.



Aspek Sosial Budaya Selama Persalinan Kala I, II, III, & IV

Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (antenatal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.
Di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi pada saat melahirkan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil. Tentunya hal ini akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin.
Ada beberapa kepercayaan yang berhubungan dengan persalinan, antara lain:
1.      Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Dampak dari hal ini yaitu ibu hamil kekurangan gizi yang sangat penting.
2.      Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Faktanya pertumbuhan itu bersifat irrevesible (tidak dapat kembali ke ukuran semula) jadi bila bayi sudah besar tidak dapat mengecil kembali. Dampaknya jika mengurangi makanan saat hamil ibu akan kekurangan gizi, dan dapat mengalami anemia.
3.      Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Sebenarnya makan makanan yang asin tidak akan menyebabkan ASI menjadi asin.
4.      Contoh lain di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. jika makan dengan piring kecil maka makanannya pun porsi kecil sehingga menyebabkan ibunya kurang gizi serta berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.
5.      Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang persalinan, akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih mudah keluar. Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika vagina terinfeksi, bisa mengakibatkan radang selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban. 
6.      Minum minyak kelapa memudahkan persalinan. Minyak kelapa, memang konotasinya membuat lancar dan licin. Namun dalam dunia kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan keluarnya sang janin. Mungkin secara psikologis, ibu hamil meyakini, dengan minum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya.
7.      Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan. Madu tidak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya jangan minum madu karena bisa mengakibatkan overweight. Bukankah madu termasuk karbohidrat yang paling tinggi kalorinya. Jadi, madu boleh diminum hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya segera dihentikan. Tetapi telur tidak masalah, karena mengandung protein yang juga menambah kalori.
8.      Ada suatu kepercayaan yang mengatakan minum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas. Rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil karena menyebabkan kontraksi. Penggunaan rumput fatimah ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian pada ibu. Meminum rumput fatimah akan membuat kontraksi menjadi abnormal.
9.      Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan. Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu yang pernah mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak, misal empat anak. Ari-ari lengket bisa berakibat fatal karena kandungan harus diangkat. Ibu yang pernah mengalami kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar, sehingga bila terjadi sesuatu dapat segera ditangani.
Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rmengeluarkan placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu rmasih dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.
Secara medis penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat.
Tidak jarang pula nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil. Keadaan ini seringkali pula diperberat oleh faktor geografis, dimana jarak rumah si ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau oleh faktor kendala ekonomi dimana ada anggapan bahwa membawa si ibu ke rumah sakit akan memakan biaya yang mahal. Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan kendala ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula,  memasukkan  ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan  atau memberi  jamu tertentu untuk memperkuat tubuh.
Selain itu, kelancaran persalinan juga sangat tergantung faktor mental dan fisik si ibu, antara lain:
1.      Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan besar bayi
2.      Faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak lancar hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit yang terjadi selama persalinan.
3.      Faktor lain yang juga harus diperhatikan adalah riwayat kesehatan ibu, apakah pernah menderita diabetes, hipertensi atau sakit lainnya, gizi ibu selama hamil, apakah mencukupi atau tidak, dan lingkungan sekitar, apakah men-support atau tidak karena ada kaitannya dengan emosi ibu. Ibu hamil tak boleh cemas karena akan berpengaruh pada bayinya. Bahkan, berdasarkan penelitian, ibu yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak hiperaktif, sulit konsentrasi dalam belajar, kemampuan komunikasi yang kurang, dan tak bisa kerja sama.

C.   Solusi

1.      Pendekatan Melalui Agama
Dari permasalahan aspek sosial budaya selama persalinan, kita dapat memberikan solusi dengan pendekatan melalui agama. Agama dapat memberikan petunjuk/pedoman pada umat manusia dalam menjalani hidup meliputi seluruh aspek kehidupan. Selain itu agama juga dapat membantu umat manusia dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang sedang dihadapi.
Pendekatan melalui agama: bidan mengadakan pengajian bersama masyarakat yang kemudian diselingi dengan memberikan informasi mengenai pantangan makanan tertentu yang tidak terbukti kebenarannya sehingga masyarakat tidak mempercayai hal itu lagi.

2.      Pendekatan melalui Kesenian Tradisional
Dari permasalahan aspek sosial budaya selama persalinan, kita dapat memberikan solusi dengan pendekatan melalui kesenian Tradisional. Pendekatan sosial budaya yang dilakukan oleh bidan melalui kesenian tradisonal menyatakan bahwa peran bidan bukan hanya dalam pelayanan kesehatan saja. Tetapi bidan juga dapat menjadi seorang bidan pengelola. Misalnya seorang bidan praktik selain sebagai nakes, bidan juga dapat membuka hubungan kerja sama dengan suatu sanggar tari, lewat yayasan tersebut ia dapat menyampaikan pesan atau melakukan penyuluhan kesehatan.
Dalam perannya sebagai peneliti dimana bidan ikut meneliti tentang kebudayaan apa yang ada pada suatu daerah tempat penelitiannya tersebut.
Pendekatan melalui Kesenian tradisional : bidan dan ahli kesehatan lainnya ikut dalam kesenian tradisional misalnya kesenian wayang orang yang di dalamnya menampilkan pesan-pesan tentang hal yang mitos dan yang nyata agar masyarakat awam tidak salah persepsi dan tidak mempercayai hal-hal yang belum ada kebenarannya.
                                         
3.      Pendekatan melalui Paguyuban
Dari permasalahan aspek sosial budaya selama persalinan, kita dapat memberikan solusi dengan pendekatan melalui paguyuban. Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya di warnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal,serta jauh dari pamrih-pamrih ekonomi.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya paguyuban. Untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan, misalnya saja dengan mengadakan kegiatan posyandu di puskesmas-puskesmas.
Pendekatan melalui Paguyupan: bidan masuk kedalam kelompok masyarakat untuk bersosialisasi dan mencari tahu apa masalah yang sedang dialami masyarakat yang berhubungan mengenai kesehatan terutama ibu yang sedang hamil dan menjelaskan pada  masyarakat bahwa pantangan - pantangan seorang ibu hamil untuk  tidak  makan makanan tertentu itu benar ataukah salah.

4.      Pendekatan melalui Pesantren
Dari permasalahan aspek sosial budaya selama persalinan, kita dapat memberikan solusi pendekatan melalui pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang mengembangkan fungsi pendalaman agama, kemasyarakatan dan penyiapan sumber daya manusia.
Tujuan umumnya adalah tercapainya pengembangan dan pemantapan kemandirian pondok pesantren dan masyrakat sekitar dalam bidang kesehatan. Tujuan khususnya adalah tercapainya pengertian positif pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya tentang norma hidup sehat, meningkatkan peran serta pondok pesantren dalam menyelenggarakan upaya kesehatan, terwujudnya keteladanan hidup sehat di lingkungan pondok pesantren.
Pendekatan melalui Pesantren: bidan melakukan penyuluhan di pesantren mengenai aspek sosial budaya selama persalinan yang tidak boleh dipercayai dan yang boleh dipercaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar