Aspek sosial budaya jawa tentang kehamilan, nifas dan
bbl
- ketika Hamil, Melahirkan, Nifas dan Bayi Baru Lahir di Lingkungan Masyarakat Oleh : Wahyu Ningtyas
- Aspek Sosial Budaya ketika Hamil di Lingkungan Masyarakat Upacara Telonan Upacara Tingkeban Pantangan Ibu Hamil
- Upacara Telonan Upacara telonan yaitu upacara yang diselenggarakan pada waktu usia kandungan berumur 3 lapan (3 x 30 hari = 105 hari). Tradisi ini biasanya dilakukan secara sederhana. Hidangannya biasanya di bawa ke musholla atau masjid untuk selamatan dan makanan yang dibawa biasanya kue pasar atau nasi tumpeng.
- Upacara Tingkeban Upacara ini disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang arti nya tujuh. Upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kali. Upacara ini bermakna bahwa pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semenjak benih tertanam di dalam rahim ibu. Hidangan yang diberikan untuk tamu yaitu : a. Sayuran b. Kue c. Rujak
- Pantangan Ibu Hamil Ibu hamil dilarang tidur siang karena takutü bayinya besar dan akan sulit melahirkan. Ibu hamil dilarang keluar waktuü maghrib dikhawatirkan kalau diganggu mahluk halus atau roh jahat. Ibu hamil dilarang menjalin rambut karena bisaü menyebabkan lilitan tali pusat. Ibu hamil dilarang duduk di depan pintu,ü dikhawatirkan akan susah melahirkan.
- Pantangan Ibu Hamil Ibu hamil dilarang makan terong, karena bayinyaØ terlalu banyak lemak. Ibu hamil dilarang terlalu banyak minum es karenaØ bayinya akan terlalu besar sehingga sukar dalam melahirkan. Ibu hamil dilarang terlalu banyak makan daunØ kemangi ka-rena mengakibatkan keguguran. Ibu hamil dilarang makan – makanan yang bergetahØ karena anaknya nanti akan malas.. Ibu hamil dilarang makan kecambah karena bayinyaØ nanti lekas punya adik lagi (Jawa : kesundulan).
- Aspek Sosial Budaya ketika Melahirkan di Lingkungan Masyarakat Upacara Mendhem Ari-ari
- Upacara Mendhem Ari - ari Ari-ari atau plasenta disebut juga dengan aruman atau embing-embing atau mbingmbing. Bagi orang desa, ada kepercayaan bahwa ari-ari merupakan saudara bayi tersebut oleh karena itu ari-ari dirawat dan dijaga sebaik mungkin, misalnya di tempat penanaman ari-ari tersebut diletakkan lampu sebagai penerangan. Artinya, lampu tersebut merupakan simbol pepadhang bagi bayi. Pemagaran di sekitar tempat penanaman ari-ari dan menutup bagian atas pagar juga dilakukan agar tidak kehujanan dan binatang tidak masuk ke tempat itu.
- Aspek Sosial Budaya ketika Nifas di Lingkungan Masyarakat Tradisi Perawatan Tradisi yang Dilakukan Pantangan Ibu Nifas
- Tradisi Perawatan Ibu Nifas Perawatan pemeliharaan kebersihan diri,ü terdiri dari: mandi wajib nifas, irigasi vagina dengan menggunakan rebusan air daun sirih, dan menapali perut sampai vagina dengan menggunakan daun sirih. Perawatan untuk mempertahankan kesehatanü tubuh, terdiri dari: perawatan dengan pemakaian pilis, pengurutan, walikdada, dan wowongan.
- Tradisi Perawatan Ibu Nifas Perawatan untuk menjaga keindahan tubuh,ü terdiri dari: perawatan dengan pemakaian parem, duduk senden, tidur dengan posisi setengah duduk, pemakaian gurita, dan minum jamu kemasan Perawatan khusus, terdiri dari: minum kopiü dan minum air jamu wejahan
- Tradisi yang Dilakukan Ibu Nifas Harus pakai sandal kemanapun ibu nifasü pergi, selama 40 hari. Harus memakai kendit.ü Minum jamu, agar rahim cepat kembaliü seperti semula. Tidak boleh bicara dengan keras kerasü Tiap pagi harus mandi keramas, biarü badannya cepat segar dan peredaran darah lancar.
- Tradisi yang Dilakukan Ibu Nifas Kalau tidur atau duduk kaki harus lurus.ü Tidak boleh ditekuk /posisi miring, hal itu dapat mempengaruhi posisi tulang, dikarenakan tulang ibu nifas seperti bayi baru melahirkan/ mudah terken Varises. Harus banyak makanan yang bergizi atauü yang mengandung sayur-sayuran. Tidak usah memakai perhiasan, karena dapatü mengganggu aktifitas Bayi.
- Pantangan Ibu Nifas Ibu menyusui dilarang makan makanan yang pedasv dan amis. karena bayinya akan mencret bila ibu makan makanan yang pedas, dan muntah karena mual bila diberi makanan yang amis. Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin,v misalnya: ikan asin, telur asin karena bisa membuat ASI jadi asin. Ibu menyusui tidak boleh minum es dan airv panas.karena minum panas atau dingin membuat ASI menjadi panas atau dingin.
- Aspek Sosial Budaya ketika Bayi Baru Lahir di Lingkungan Masyarakat Upacara Brokohan Upacara Selapan Pantangan Bayi Baru Lahir
- Upacara Brokohan Tradisi masyarakat ketika hamil yaitu mengadakan upacara selamatan. Ubarampe yang dibutuhkan untuk selamatan kelahiran disebut brokohan. Pada saat ini brokohan biasanya terdiri dari : Beras, Telur, Mie instan, Gula, Teh, dan sebagainya. Namun jika dikembalikan lagi ke makna yang terkandung dalam selamatan bayi Brokohan cukup dengan 4 macam ubarampe saja yaitu: a. Kelapa b. Gula merah atau gula jawa c. Dawet d. Telor bebek
- Upacara Selapan Upacara selapanan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi. Pada hari ke 35 ini, hari lahir si bayi akan terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir hari Rabu Pon (hari weton-nya), maka selapanannya akan jatuh di Hari Rabu Pon lagi. Pada penanggalan Jawa, yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon, Kliwon, Legi) akan bertemu pada hari 35 dengan hari di penanggalan masehi yang berjumlah 7 hari. Logikanya, hari ke 35, maka akan bertemu angka dari kelipatan 5 dan 7. Di luar logika itu, selapanan mempunyai makna yang sangat kuat bagi kehidupan si bayi. Berulangnya hari weton bayi, pantas untuk dirayakan seperti ulang tahun. Namun selapanan utamanya dilakukan sebagai wujud syukur atas kelahiran dan kesehatan bayi.
- Upacara Selapan Yang dilakukan dalam rangkaian selapanan adalah 1. potong rambut atau parasan. 2. pemotongan kuku bayi Acara selapanan dilakukan dalam suasana yang sesederhana mungkin. Sore harinya, sebelum pemotongan rambut, masyarakat merayakan selapanan biasanya membuat bancaan yang dibagikan ke kerabat dan anak-anak kecil di seputaran tempat tinggalnya. Bancaan mengandung makna agar si bayi bisa membagi kebahagiaan bagi orang di sekitarnya.
- Pantangan Bayi Baru lahir Bayi baru lahir tidak boleh di bawa jauh keluarv rumah sebelum 40 hari,karan di takutkan terkena penyakit orang lain dan di ganggu mahluk halus. Bayi di pakaikan gurita dan Jika anak demam,pasti di bawa ke dukun untuk dalam istilahnya “ di suwok” atau di bawa ke bidan. Bayi baru lahir tidak boleh di pegang langsungv oleh orang yang baru datang dari jauh karena bisa membuat bayi jadi sawanan.
Aspek Sosial
Budaya Selama Persalinan Kala I, II, III, & IV
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan,
disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami
perilaku perawatan kehamilan (antenatal care) adalah penting untuk mengetahui
dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.
Di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal
yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya
secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang
menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya
faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru
diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat
dapat membawa akibat fatal yaitu kematian.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan
kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya
perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan
dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di
daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis
kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami
kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek,
menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi pada saat melahirkan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah
masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan
pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka
sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap
beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil. Tentunya hal ini akan
berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin.
Ada beberapa kepercayaan yang
berhubungan dengan persalinan, antara lain:
1. Di Jawa
Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan
mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan
perdarahan yang banyak. Dampak dari
hal ini yaitu ibu hamil kekurangan gizi yang sangat penting.
2. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya
memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang
dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Faktanya pertumbuhan itu bersifat irrevesible (tidak
dapat kembali ke ukuran semula) jadi bila bayi sudah besar tidak dapat mengecil
kembali. Dampaknya jika mengurangi makanan saat hamil ibu akan kekurangan gizi,
dan dapat mengalami anemia.
3. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang
dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Sebenarnya makan makanan yang asin
tidak akan menyebabkan ASI menjadi asin.
4. Contoh lain di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan
piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit
persalinan. jika makan dengan piring kecil maka makanannya pun porsi kecil
sehingga menyebabkan ibunya kurang gizi serta berat badan bayi yang dilahirkan
juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si
bayi.
5. Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang persalinan,
akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih mudah keluar.
Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak normal, apalagi
disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera konsultasikan ke
dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika vagina terinfeksi,
bisa mengakibatkan radang selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang
membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban.
6. Minum minyak kelapa memudahkan persalinan. Minyak kelapa, memang
konotasinya membuat lancar dan licin. Namun dalam dunia kedokteran, minyak tak ada gunanya
sama sekali dalam melancarkan keluarnya sang janin. Mungkin secara psikologis,
ibu hamil meyakini, dengan minum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar
persalinannya.
7. Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan. Madu tidak
boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya jangan
minum madu karena bisa mengakibatkan overweight. Bukankah madu termasuk
karbohidrat yang paling tinggi kalorinya. Jadi, madu boleh diminum hanya jika
BB-nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya segera dihentikan. Tetapi telur tidak masalah,
karena mengandung protein yang juga menambah kalori.
8. Ada suatu kepercayaan yang mengatakan minum rendaman air rumput Fatimah
akan merangsang mulas. Rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil karena
menyebabkan kontraksi. Penggunaan rumput fatimah ini sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan kematian pada ibu. Meminum rumput fatimah akan membuat
kontraksi menjadi abnormal.
9. Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan.
Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu yang pernah
mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak, misal empat anak. Ari-ari
lengket bisa berakibat fatal karena kandungan harus diangkat. Ibu yang pernah
mengalami kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar, sehingga bila
terjadi sesuatu dapat segera ditangani.
Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak
untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Beberapa penelitian
yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek
persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk
(1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi
seperti "ngolesi" (membasahi vagina dengan minyak kelapa
untuk memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan tangan ke dalam
vagina dan uterus untuk rmengeluarkan placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu
duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam
yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya
disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya
murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan
kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga
masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun
sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional
tertentu rmasih dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan
kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian
atau bertahan hidup.
Secara medis penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah
perdarahan, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi
tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat
fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi
tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada
faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Terutama di daerah
pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan dipilih harus dengan
persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami yang
seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi. Kepanikan dan
ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat
tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat.
Tidak jarang pula nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga
mempengaruhi keputusan yang diambil. Keadaan ini seringkali pula diperberat
oleh faktor geografis, dimana jarak rumah si ibu dengan tempat pelayanan
kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau oleh faktor kendala
ekonomi dimana ada anggapan bahwa membawa si ibu ke rumah sakit akan memakan
biaya yang mahal. Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan,
faktor geografis dan kendala ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan
disebabkan juga oleh adanya suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat
bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan
juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya
berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu
yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan
tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi.
Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk
mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang
bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula, memasukkan
ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk
membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan atau
memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh.
Selain itu, kelancaran persalinan juga sangat tergantung faktor mental dan fisik si ibu, antara lain:
1. Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang
dengan besar bayi
2. Faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya dalam
melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak lancar
hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit
yang terjadi selama persalinan.
3. Faktor lain yang juga harus diperhatikan adalah riwayat kesehatan ibu, apakah
pernah menderita diabetes, hipertensi atau sakit lainnya, gizi ibu
selama hamil, apakah mencukupi atau tidak, dan lingkungan sekitar,
apakah men-support atau tidak karena ada kaitannya dengan emosi ibu. Ibu hamil
tak boleh cemas karena akan berpengaruh pada bayinya. Bahkan, berdasarkan
penelitian, ibu yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak hiperaktif, sulit
konsentrasi dalam belajar, kemampuan komunikasi yang kurang, dan tak bisa kerja
sama.
C. Solusi
1. Pendekatan Melalui Agama
Dari permasalahan aspek sosial
budaya selama persalinan, kita dapat memberikan solusi dengan pendekatan
melalui agama. Agama dapat memberikan petunjuk/pedoman pada umat manusia dalam
menjalani hidup meliputi seluruh aspek kehidupan. Selain itu agama juga dapat
membantu umat manusia dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang sedang
dihadapi.
Pendekatan melalui agama: bidan
mengadakan pengajian bersama masyarakat yang kemudian diselingi dengan
memberikan informasi mengenai pantangan makanan tertentu yang tidak terbukti
kebenarannya sehingga masyarakat tidak mempercayai hal itu lagi.
2. Pendekatan melalui Kesenian
Tradisional
Dari permasalahan aspek sosial
budaya selama persalinan, kita dapat memberikan solusi dengan pendekatan
melalui kesenian Tradisional. Pendekatan sosial budaya yang dilakukan oleh
bidan melalui kesenian tradisonal menyatakan bahwa peran bidan bukan hanya
dalam pelayanan kesehatan saja. Tetapi bidan juga dapat menjadi seorang bidan
pengelola. Misalnya seorang bidan praktik selain sebagai nakes, bidan juga
dapat membuka hubungan kerja sama dengan suatu sanggar tari, lewat yayasan
tersebut ia dapat menyampaikan pesan atau melakukan penyuluhan kesehatan.
Dalam perannya sebagai peneliti dimana bidan ikut meneliti tentang kebudayaan apa yang ada pada suatu daerah tempat penelitiannya tersebut.
Dalam perannya sebagai peneliti dimana bidan ikut meneliti tentang kebudayaan apa yang ada pada suatu daerah tempat penelitiannya tersebut.
Pendekatan melalui Kesenian
tradisional : bidan dan ahli kesehatan lainnya ikut dalam kesenian tradisional
misalnya kesenian wayang orang yang di dalamnya menampilkan pesan-pesan tentang
hal yang mitos dan yang nyata agar masyarakat awam tidak salah persepsi dan
tidak mempercayai hal-hal yang belum ada kebenarannya.
3. Pendekatan melalui Paguyuban
Dari permasalahan aspek sosial
budaya selama persalinan, kita dapat memberikan solusi dengan pendekatan
melalui paguyuban. Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau
masyarakat yang diantara para warganya di warnai dengan hubungan-hubungan
sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal,serta jauh
dari pamrih-pamrih ekonomi.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan
kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya paguyuban. Untuk itu kita
sebagai tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu
melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar
masyarakat sadar pentingnya kesehatan, misalnya saja dengan mengadakan kegiatan
posyandu di puskesmas-puskesmas.
Pendekatan melalui Paguyupan: bidan
masuk kedalam kelompok masyarakat untuk bersosialisasi dan mencari tahu apa masalah
yang sedang dialami masyarakat yang berhubungan mengenai kesehatan terutama ibu
yang sedang hamil dan menjelaskan pada
masyarakat bahwa pantangan - pantangan seorang ibu hamil untuk tidak
makan makanan tertentu itu benar ataukah salah.
4. Pendekatan melalui Pesantren
Dari permasalahan aspek sosial
budaya selama persalinan, kita dapat memberikan solusi pendekatan melalui
pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang mengembangkan
fungsi pendalaman agama, kemasyarakatan dan penyiapan sumber daya manusia.
Tujuan umumnya adalah tercapainya
pengembangan dan pemantapan kemandirian pondok pesantren dan masyrakat sekitar
dalam bidang kesehatan. Tujuan khususnya adalah tercapainya pengertian positif
pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya tentang norma hidup sehat,
meningkatkan peran serta pondok pesantren dalam menyelenggarakan upaya
kesehatan, terwujudnya keteladanan hidup sehat di lingkungan pondok pesantren.
Pendekatan melalui Pesantren: bidan
melakukan penyuluhan di pesantren mengenai aspek sosial budaya selama
persalinan yang tidak boleh dipercayai dan yang boleh dipercaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar